Saturday, July 4, 2015
Tanaman Herbal Untuk Memelihara Kesehatan Hati
Konsumsi herbal tetes hentikan penderitaan Defritus Benu dari hepatitis B.
Donor darah di Palang Merah Indonesia (PMI) pada Maret 2013 tidak terlupakan bagi Defritus Benu. Setelah proses donor darah selesai, PMI menyatakan darah Defritus tidak bisa didonorkan. Sebab, “Di dalam darah terdeteksi adanya virus,” kata Defritus. Oleh karena itu mereka menganjurkan pria yang berdomisili di Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, itu segera memeriksakan diri ke dokter spesialis penyakit dalam.
Defritus penasaran dan menuruti saran itu. Ia memeriksakan diri ke dokter. Hasil pemeriksaan dokter tidak berbeda jauh dengan dugaan PMI. “Dari hasil pemeriksaan positif terkena hepatitis B,” ungkapnya. Bahkan, dokter menyebut penyakit hepatitis B yang diderita Defritus tergolong penyakit seumur hidup. Hasil uji laboratorium menyatakan hepatitis B surface antigen (HBsAg) positif. HBsAg merupakan indikator awal infeksi virus hepatitis B.
Infeksi virus
Hingga kini hepatitis B masih menjadi momok bagi dunia. Sekitar 2-miliar penduduk dunia pernah terinfeksi virus hepatitis B dan lebih dari 350-juta orang menderita hepatitis B kronis. Itu menyebabkan risiko tinggi terkena sirosis (pengerasan organ hati), kegagalan hati, dan kanker hati. Menurut dr Arijanto Jonosewojo SpPD, dokter spesialis penyakit dalam di Rumahsakit dr Sutomo, Surabaya, Jawa Timur, penyebab hepatitis B adalah infeksi virus.
Jenis hepatitis beragam, di antaranya hepatitis A, B, C, D, dan E. “Virus hepatitis B dan C dapat ditularkan melalui hubungan seksual, darah (injeksi intravena dan transfusi), peralatan medis yang tidak steril, atau penularan dari ibu ke anak pada saat melahirkan,” ujar Arijanto. Sementara itu virus hepatitis A dapat menular melalui makanan dan lingkungan yang kotor.
Setelah mendapati vonis hepatitis B kondisi Defritus mulai menurun. “Perut di bagian kiri terasa sakit, rasanya seperti diiris-iris,” ujar ayah dua anak itu. Badan semakin lemah, loyo, dan mudah capai. Defritus memang telah merasakan badan mudah capai dan lemah sebelum dokter mendiagnosis hepatitis B. Namun ia abai lantaran menganggapnya efek terlalu lelah bekerja.
Untuk mengatasi kondisinya yang semakin menurun, Defritus rajin mengonsumsi obat dokter. Ia patuh pada saran dokter untuk menghindari makanan gorengan, berlemak, pedas, dan beralkohol. Sayangnya, kondisi pria berusia 33 tahun itu tak kunjung membaik. “Badan jadi menguning, mulai dari jari tangan, kaki, hingga wajah,” ujarnya. Bukan hanya itu, perutnya juga membuncit dan terasa kencang, padahal badannya kurus.
Tetes
Karena kondisinya yang lemah, Defritus sempat pingsan di tempat bekerja sebagai penjaga keamanan di sebuah sekolah. Pada pertengahan 2013 seorang rekan menyarankan Defritus mengonsumsi herbal tetes. Defritus menuruti saran sang rekan sehingga mengonsumsi herbal tetes berbahan baku campuran 25 sayuran dan buah, seperti avokad, nanas, jeruk, melon, pisang, semangka, bayam, dan wortel.
Defritus mengonsumsi 5—6 tetes herbal cair itu persis di bawah lidah. Ketika mengonsumsi, ia menggulung lidahnya ke atas lalu menekan botol herbal. Pada saat bersamaan cairan herbal pun menetes. Frekuensinya 3—4 kali sehari. Setelah 3 bulan rutin konsumsi herbal tetes, kondisi Defritus mulai menunjukkan perubahan. “Rasa perih di perut mulai berkurang,” ujarnya.
Kondisi Defritus pun berangsur kembali normal. “Perut yang awalnya membuncit sudah kempis,” katanya. Bobot tubuh berangsur naik, dari 45 kg menjadi 50 kg dalam kurun waktu 4 bulan. Untuk memastikan kondisinya, pada Januari 2014 Defritus melakukan cek laboratorium. “Hasilnya negatif,” ujarnya.
Bahkan untuk memastikan kebenaran hasil uji laboratorium itu Defritus mengulangnya hingga 3 kali. Semua negatif. Untuk menjaga stamina, ia tetap mengonsumsi herbal tetes, 3 tetes sehari sekali.
“Herbal tetes berbahan baku buah dan sayuran memiliki sifat antivirus,” ujar dr Suryo Slamet, praktikus kesehatan di Garut, Jawa Barat. Lantaran bahan baku yang digunakan beragam, yakni 25 jenis buah dan sayuran, senyawa fitokimia yang terkandung dalam herbal tetes juga lebih lengkap.
Antivirus
Suryo menjelaskan, enzim yang berkhasiat bagi tubuh pada dasarnya dapat diperoleh dari konsumsi buah dan sayuran. Namun, konsumsinya cukup banyak dan beragam. Dengan konsumsi herbal tetes dari bahan buah dan sayuran konsumsi lebih praktis. Selain digunakan untuk pengobatan hepatitis B seperti yang dialami Defritus, herbal tetes juga dapat digunakan untuk mengatasi diabetes mellitus, hipertiroid, kista, dan TORCH (toksoplasma, rubella, citomegalovirus, dan herpes simplex virus).
Kelebihan lain herbal tetes, pembuatannya melalui proses fermentasi. “Karena pembuatan herbal tetes dari proses fermentasi, maka enzim yang dihasilkan dari buah dan sayuran tetap utuh dan tidak rusak,” ujar Suryo. Sementara itu proses pembuatan herbal dengan perebusan, beberapa enzim bisa rusak.
Susi Isnawati SSi Apt, ahli farmasi di Jakarta Utara sepakat. Proses fermentasi membentuk cairan ekstrak kaya senyawa fitokimia, fitonutrisi, enzim, prebiotik, dan antioksidan. Itu berguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan membantu mengatasi keluhan penyakit seperti diabetes mellitus, asam urat, tekanan darah tinggi, dan batu ginjal.
Proses pembuatan herbal secara fermentasi juga dilakukan Ning Harmanto, herbalis di Jakarta Utara. Kombinasi bahan yang ia gunakan seperti buah mahkota dewa Phaleria macrocarpa, sambiloto Andrographis paniculata, mengkudu Morinda citrifolia, madu, gula aren, dan air oksigen. Bahan itu lalu ia peram selama 3 pekan sampai terfermentasi. (Desi Sayyidati Rahimah)
Labels:
TIPS TANAMAN
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment