Sumber: Majalah Trubus
Tiga varietas salak titisan salak pondoh, memiliki buah yang
tebal, rasa manis, harum, dan tidak sepat.
Ingat salak, ingat pondoh. Jargon mirip bunyi iklan sebuah merek
wadah penyimpan dan penanak beras itu pas benar untuk menggambarkan popularitas
salak pondoh. Salak asli Desa Turi, Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman,
Provinsi Yogyakarta, itu boleh dibilang kini menguasai pasar. Pondoh hadir di
pasar becek, kios kakilima, toko buah modern, hingga pasar swalayan.
Salak sari intan 295, daging buah
tebal
Penanamannya meluas hingga ke luar sentra seperti Bogor, Kuningan,
Sumedang, dan Tasikmalaya di Jawa Barat. Bahkan sebuah kelompok tani di Desa
Kentheng, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Provinsi Yogyakarta, sejak Oktober
2008 mengekspor pondoh ke China. Konsumen di negeri Tirai Bambu menyukai salak
tanpa rasa sepat itu karena dipercaya bisa memulihkan stamina. Tak hanya itu,
mereka juga butuh salak untuk upacara tradisional lantaran kulit salak mirip
sisik naga.
Pilihan konsumen
Meski unggul karena bercita rasa manis dan tanpa sepat, daging
buah pondoh relatif tipis. Ketebalan daging paling tebal hanya 1,5 cm.
Bandingkan dengan ketebalan daging buah salak mawar yang mencapai 1,7 cm atau
salak bali gondok yang mencapai 1,8 cm. Lagi pula salak pondoh tidak beraroma
harum. Aroma harum muncul pada salak mawar-hasil silangan pakar botani di Kota
Bogor, Provinsi Jawa Barat, Gregori Garnadi Hambali.
Konsumen salak menyukai buah berdaging tebal, cita rasa manis,
sedikit atau tidak ada rasa sepat, beraroma harum, dan mempunyai daya simpan
lama. Untuk mendapatkan varietas dengan karakter sesuai keinginan konsumen itu
pada 2002 Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika (Balitbu Tropika), di Solok,
Provinsi Sumatera Barat, mulai melakukan perakitan varietas idaman.
Salak pondoh jenis paling populer
Periset Balitbu Tropika yang terdiri atas Ir Sri Hadiati MP, Ir
Agus Susiloadi, Tri Budiyanti SP, Dr Sudarmadi Purnomo, dan Ir Parlin Halomoan
Sinaga MP, melakukan tiga penyilangan yaitu mawar dengan pondoh, gulapasir
dengan pondoh, dan baligondok dengan pondoh. Salak pondoh diharapkan
menurunkan sifat manis dan tekstur daging renyah. Sementara mawar dipilih
karena aromamnya yang harum dan khas. Gulapasir berkarakter sangat manis dengan
warna buah yang putih. Baligondok unggul dalam hal ukuran buahnya.
Periset melakukan persilangan di tempat tetua betina berada.
Persilangan gula pasir dengan pondoh dan persilangan bali gondok dengan pondoh
dilakukan di Bali. Untuk persilangan pondoh dengan mawar dilakukan di
Yogyakarta. Periset membawa serbuk sari jantan dalam plastik bening untuk
selanjutnya dibawa ke tempat betina. Umur serbuk sari cukup panjang sehingga
tidak perlu khawatir mati dalam perjalanan. Pengalaman pekebun di Turi, bunga jantan
salak pondoh tahan simpan selama 3 hari (baca Trubus edisi Maret 2001)
Lebih unggul
Dari ketiga persilangan itu lahirlah tiga varietas yang diberi
nama sari intan 48, sari intan 295, dan sari intan 541. Nama sari intan
merupakan singkatan dari Salak Research Intitute of Fruit Bintan. Angka di
belakangnya menunjukkan nomor pohon induk tunggal. Ketiga varietas itu memiliki
kualitas buah idaman
Sari intan 48 merupakan persilangan antara betina salak gulapasir
dengan pejantan pondoh. Varietas itu unggul karena berdaging tebal dan
menguarkan aroma harum. Ketebalan bagian buah paling tipis pada dasar buah
sebesar 0,5-0,7 cm. Bagian paling tebal pada ujung buah setebal 1,0-1,8 cm.
Daging buah sari intan 48 tidak ada rasa sepat, manis dengan kadar gula 19,0-20,80 briks. Tingkat kemanisan salak
gulapasir dan pondoh masing-masing 18-190 briks dan 19-200 briks. Karakter daging buah juicy
sehingga cita rasanya lebih segar. Aroma harum yang dihasilkan diduga karena
perpaduan genetik dari darah salak gulapasir dan pondoh.
Sari intan 295 lahir dari persilangan antara salak pondoh dan
salak mawar Daging buah tebal dengan bagian buah paling tipis pada dasar
buahnya setebal 0,3 cm. Bagian buah paling tebal pada ujung buah mencapai
1,6-1,8 cm. Bandingkan dengan ketebalan daging buah salak mawar 0,7-1,7 cm.
Kadar kemanisan sari intan 295 mencapai 19-210 briks dan tanpa rasa sepat. Tekstur
buah renyah diturunkan dari salak pondoh, sementara aroma harum mengikuti salak
mawar.
Sementara sari intan 541 merupakan hasil persilangan antara salak
baligondok dengan pondoh. Bagian daging buah paling tipis pada dasar buah
mencapai 0,4-0,8 cm. Bagian yang paling tebal pada ujung buah 1,8-1,9 cm. Cita
rasanya manis dengan kadar kemanisan 19,0-20,00 brik-setara salak pondoh-dan tidak ada
rasa sepat dan masam seperti salak baligondok. Teksturnya renyah, aroma buah
harum.
Stabil
Stabilitas karakter unggul ketiga varietas itu diuji di beberapa
wilayah, salah satunya di Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau. Evaluasi
di Kepri melibatkan bekerjasama dengan Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten
Bintan serta Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau lokasi pengujian di
Balai Benih Pertanian di Kelurahan Seilekop, Kecamatan Bintan Timur, Kabupaten
Bintan, pada ketinggian tempat 350 m di atas permukaan laut (m dpl).
Karakteristik tanah liat berpasir dan pH 3,9-4,52. Kondisi tanah yang ideal
adalah tanah gembur, Penanaman di tanah berpasir untuk menguji ketahanan
varietas terhadap kondisi cekaman.
Tanaman berasal dari biji yang dihasilkan pada persilangan 2002
yang kemudian dikecambahkan. Setiap kecambah dari biji selanjutnya diberi nomor
aksesi. Pada 2009-2010 setiap aksesi dievaluasi dan diperoleh tiga aksesi yang
paling unggul. Hasil evaluasi menunjukkan produktivitas ketiga varietas tinggi.
Pada umur 4 tahun, jumlah tandan per pohon salak sari intan mencapai 3-6
tandan, sedangkan pondoh hanya 3-4. Jumlah tongkol per tandan mencapai 2-3
tongkol, setara dengan salak pondoh. Jumlah buah per tongkol bisa mencapai
20-30 buah, sedangkan salak pondoh hanya 10-27 buah. Akan tetapi salak sari
intan lebih lama berbuah dibanding salak pondoh, yaitu pada 160-170 hari
setelah penyerbukan, sedangkan salak pondoh pada 120-150 hari setelah
penyerbukan.
Selama evaluasi tidak ada hama atau penyakit yang menyerang.
Secara umum ketiga varietas itu masih memiliki kekurangan yaitu ukuran buah
kecil dengan bobot berkisar antara 42-63 g. Bobot buah salak ideal 70-85 g.
Ukuran buah belum maksimal karena tanaman baru mulai berbuah dan belum
dilakukan penjarangan buah. Dengan bertambahnya umur tanaman disertai penerapan
teknik budidaya yang baik diharapkan ukuran buah dapat ditingkatkan.
Saat ini Dinas Pertanian Kabupaten Bintan telah melakukan
perbanyakan bibit ketiga varietas dengan cara mencangkok anakan dari
masing-masing induk di bawah bimbingan Balitbu Tropika dan BPTP Riau serta
diawasi oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) Propinsi Riau. (Ir Sri Hadiati MP, periset di
Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika, Solok, Provinsi Sumatera Barat)