Saturday, June 20, 2015

Kunci Sukes Budidaya Hidroponik Bertingkat




Hidroponik bertingkat menyiasati minimnya lahan

Kunci budidaya hidroponik bertingkat: pengaturan instalasi dan pemilihan jenis sayuran.
Pertama kali berkebun hidroponik pada 2012, Very Wijaya langsung memilih instalasi model bertingkat. Pehobi di Medan, Provinsi Sumatera Utara, itu memiliki sebuah instalasi hidroponik nutrient film technique (NFT) model bertingkat berkapasitas 300 tanaman. Ia menyusunnya menjadi 6 tingkat, sehingga setiap tingkat terdiri atas 50 lubang tanam. Jarak antarlubang tanam 17—20 cm.
Menurut ahli hidroponik dari Institut Pertanian Bogor, Dr Ir Anas Dinurrohman Susila MSi, membudidayakan sayuran hidroponik model bertingkat tergolong sulit dan ruwet dibandingkan model datar. “Pekebun mesti mengatur jarak antarwadah bagian atas dengan di bawahnya, membuat derajat kemiringan instalasi secara keseluruhan, memilih jenis sayuran yang cocok, mengatur tingkat ketinggian instalasi agar mudah dalam perawatan dan pemanenan,” ujar Anas.

Selada keriting cocok mengisi wadah hidroponik bertingkat untuk menambah nilai estetis
Selada keriting cocok mengisi wadah hidroponik bertingkat untuk menambah nilai estetis

Utara selatan
Very memperhatikan betul syarat-syarat itu—jarak tanam, derajat kemiringan, ketinggian instalasi. “Jarak antar lubang bisa menyesuaikan jenis sayuran yang dibudidayakan, semakin lebar sayurannya, lebar juga jarak tanamnya,” ujar Very. Profesi sebagai guru Fisika sangat membantu Very untuk memecahkan kesulitan-kesulitan berkebun hidroponik bertingkat.
Very menempatkan rak hidroponik bertingkat tanpa naungan itu membujur dari utara ke selatan. Alasannya, “Penempatan itu agar semua tanaman mendapat sinar matahari yang optimal dari pagi, siang sampai sore. Sebab, matahari terbit dari timur ke barat,” ujar ketua Komunitas Belajar Bareng Hidroponik (BBH) wilayah Medan itu. Menurut Very sinar matahari kebutuhan utama tanaman untuk memproduksi makanan melalui proses fotosintesis dan itu sama saja antara menanam tanaman di tanah dengan di air.
Untuk memaksimalkan penyerapan sinar matahari, Very menata 6 pipa dari atas ke bawah secara menyerong. Kemiringan rak tempat pipa itu menumpuk 45 derajat. “Semua tanaman baik yang di pipa atas maupun di pipa bawah mendapat sinar matahari maksimal,” ujar Very. Sementara untuk memaksimalkan penyerapan nutrisi, Very memiringkan setiap pipa yang ia gunakan untuk wadah tanaman.

Very Wijaya mengawali hobi hidroponik dengan model bertingkat meski lebih susah dan rumit dibanding model datar
Very Wijaya mengawali hobi hidroponik dengan model bertingkat meski lebih susah dan rumit dibanding model datar

“Tingkat kemiringan per meter pipa 5 cm,” ujarnya. Tujuannya agar media air terus mengalir dari sisi kanan ke kiri dan semua tanaman mendapat nutrisi yang cukup. Model instalasi hidroponik bertingkat milik Very adalah tipe S. Di kalangan pehobi, model hidroponik bertingkat ada dua tipe. Pertama tipe pisah atau instalasi yang wadah atas dengan bagian bawah tak terhubung secara langsung alias terpisah. Sementara, tipe kedua adalah model S atau instalasi hidroponik bertingkat yang wadah atas dengan wadah bagian bawah tersambung.

Jenis tanaman
Menurut pakar hidroponik di Jakarta, Ir Yos Sutiyoso, keunggulan model terpisah adalah petani lebih mudah mengatur nutrisi untuk masing-masing tanaman. “Kita bisa mengatur sesuka hati jumlah nutrisi yang keluar tiap menit pada masing-masing wadah, kalau model S pengaturannya secara menyeluruh atau per instalasi sehingga kerap ditemui kondisi sayuran di wadah atas lebih subur dibanding wadah bagian bawah,” ujar Yos.
Keunggulan lain tipe pisah adalah tingkat efisiensi penggunaan nutrisi yang optimal. “Bila dalam satu instalasi ada 6 tingkat, sementara kita hanya ingin mengisinya 2 atau 3 tingkat, kita bisa menutup kran nutrisi di tingkat yang tak terisi tanaman. Sementara kalau model S, semua tingkat akan teraliri nutrisi, termasuk bagian yang tak terisi tanaman, dan itu menjadi sia-sia,” ujar Yos.
Keunggulan dari model S adalah pengaturannya yang lebih praktis. Hanya sekali buka, semua tanaman akan teraliri nutrisi. Model itu banyak dipakai pehobi hidroponik pemula. “Sistemnya lebih simpel,” ujar Yos. Untuk mengatasi tanaman yang kerap kurang subur di wadah paling bawah, Yos menyarankan untuk meningkatkan nutrisi melalui pengaturan flowrate atau besarnya curah per liter per menit.

Dr Ir Anas Dinurrohman Susila MSi, “Hidroponik bertingkat bisa menambah populasi tanaman, tetapi perlu dipertimbangkan efisiensi biaya produksi.”
Dr Ir Anas Dinurrohman Susila MSi, “Hidroponik bertingkat bisa menambah populasi tanaman, tetapi perlu dipertimbangkan efisiensi biaya produksi.”

“Jika biasanya flowrate 1 liter per menit, bisa ditingkatkan menjadi 2 liter per menit. Harapannya, tanaman di tingkat bawah masih mendapatkan nutrisi yang cukup,” ujar Yos. Selain model instalasi, untuk membudidayakan hidroponik bertingkat, menurut Anas Dinurrohman Susila juga penting memperhatikan jenis sayuran yang akan ditanam. “Jika tujuannya hanya untuk mempercantik halaman rumah, maka jenis sayurannya berbeda dengan yang ada nilai bisnisnya,” ujarnya. Dua motif itu memaksa pehobi harus rajin mempelajari karakter jenis-jenis sayuran hidroponik.

Bila yang diinginkan adalah estetis, maka pekebun bisa memilih sayuran yang cenderung besar dan berwarna cantik, tujuannya untuk menutupi talang atau pipa yang digunakan sebagai wadah dalam instalasi hidroponik bertingkat. “Kalau tanaman besar maka bisa menutupi wadah yang penampakannya mengurangi nilai estetis,” kata Anas. Contohnya adalah pakchoy dan kelompok selada berukuran besar seperti selada keriting.
Namun, jika ingin menambahkan nilai bisnis atau keuntungan, pemilihan tanaman didasarkan dari kondisi pasar. “Pilih yang keuntangannya besar dan pasarnya luas. Sehingga menanam sayuran itu dapat dijadikan bisnis,” kata kepala University Farm Institut Pertanian Bogor itu. Pekebun dapat memilih sayuran yang disukai pasar dan menguntungkan dengan lokasi berhidroponik. Budidaya hidroponik bertingkat tak lagi merepotkan malah menguntungan. (Bondan Setyawan/Peliput: Rizky Fadhilah)

No comments:

Post a Comment