Monday, June 15, 2015

Tidak Ada Jalan Pintas Di Dunia Agrobisnis




Semakin banyak saja orang membuka usaha investasi. Contohnya di dalam negeri sudah cukup banyak. Sekadar menyebut contoh, ada tawaran berinvestasi untuk komoditas sayuran, ternak, jamur, tanaman hias, dan perikanan laut. Untuk kebun di luar negeri, iklan undangan berinvestasi lengkeng di Cina, anggur dan burung unta di Australia, membuat orang terperangah.

Iming-iming harga tinggi dan teknologi canggih menjadi salah satu daya tarik utama. Logikanya, jika suatu usaha demikian menguntungkan, mengapa tidak memakai modal sendiri? Prinsip dasar dari bisnis umum dan aman ialah memakai duit sendiri dahulu. Bermodalkan uang dari investor tentu akan menambah risiko.
Jam terbang
Bagi saya, mereka yang mau mengikuti tawaran investasi itu ialah orang yang ingin jalan pintas. Padahal di agribisnis tidak ada jalan pintas. Agribisnis sebuah proses yang panjang. Anda memang tidak perlu mendalami seluruh proses tersebut, tetapi minimal tahu apa yang terjadi dari setiap bagian proses.
Mungkin saja nanti muncul perusahaan yang menawarkan investasi berdasarkan kombinasi produksi, proses, dan pasar. Misal, orang yang jago diproduksi bekerja sama dengan jago pemasaran, kemudian mengundang para pemodal untuk ikut serta. Secara teoritis ini tampaknya bisa jalan. Namun, kenyataannya tidak semudah itu.
Mengapa? Sebab, jagoan produksi itu sama sekali tidak mengerti proses. Jagoan proses tidak mengerti produksi ataupun pasar. Mereka mulai dengan bahasa berbeda, sehingga hasilnya mudah diduga, ambruk!
Sebetulnya mudah saja mendeteksi bonafiditas sebuah perusahaan yang menawarkan investasi. Langkah paling aman tentu saja menyelidiki 3 titik yang saya singgung pada edisi terdahulu. Cek bagian produksi, proses, dan pasar, maka Anda akan tahu kredibilitas perusahaan yang bersangkutan.
Seandainya itu terlalu susah, amati saja jam terbangnya. Mustahil perusahaan yang baru bergerak beberapa tahun di agribisnis bisa melonjak pesat. Pekebunpekebun kita yang terkenal, seperti Saung Mirwan, PT Joro, Hasfarm, atau Ciputri, sudah terjun di bidang masing-masing sejak lebih dari sepuluh tahun silam.
Mereka memang semakin besar, tetapi perkembangannya toh membutuhkan waktu lama. Ini sebuah proses yang memang biasa terjadi di agribisnis. Saya pun membutuhkan waktu puluhan tahun untuk bisa seperti sekarang.
Agribisnis bukanlah sebuah proses yang bisa dihitung secara linier. Mereka yang sukses berkebun 1 hektar belum tentu berhasil jika luasannya 10 hektar. Banyak sekali perbedaan yang muncul, meskipun komoditas yang ditanam sama. Kendala budidaya yang ada di areal 1 hektar pasti berbeda penanganannya jika dibandingkan yang 10 hektar.
Manajemen
Ahli manajemen pasti akan berkata, mengelola lahan 10 hektar membutuhkan manajemen yang lebih rumit daripada 1 hektar. Bagi saya, manajemen itu omong kosong. Selama ini saya hanya melakukan apa yang seharusnya saya lakukan. Langkah demi langkah itu didorong oleh langkah sebelumnya. Jika pada waktu melangkah agak serong ke kiri, langsung saja luruskan kembali.
Contoh kongkritnya gampang sekali. Katakanlah Anda bertanam cabai. Pada waktu benih disemaikan, tentunya harus memakai media yang benar. Selanjutnya benih ditempatkan di persemaian tertutup plastik. Itu hal-hal yang memang sudah seharusnya terjadi. Jadi, jangan dilanggar.
Inti dari semua itu ialah menempatkan orang sesuai porsi masing-masing. Memang tidak mudah menempatkan orang. Para pekebun sukses yang tadi saya sebutkan juga menghadapi kendala serupa. Tiga titik lain mestinya tidak menjadi kendala terlalu besar. Sebab, titik produksi sudah dipahami.
Prosesnya pun dikenal dengan baik. Pasar sudah mereka miliki. Modal bisa jadi juga tidak menjadi hambatan. Namun, begitu ingin mengembangkan diri lebih luas, muncul benturan di sumber daya manusia. Karyawan yang sudah berpengalaman dan bisa dipercaya tidaklah banyak. Kalau ingin mengembangkan usaha, dengan membuka kebun baru misalnya, keterbatasan tenaga berpengalaman pasti suatu masalah besar.
Jadi, janganlah menjadikan manajemen di agribisnis sebagai sesuatu yang wajib dijalankan. Lakukan saja sesuai keharusan sehingga tercipta proses kegiatan. Kalau yang saya sebutkan tadi disebut manajemen, ya silakan. Namun, jangan mencoba memakai manajemen untuk mempersingkat jam terbang.
* Bob Sadino, pengusaha agribisnis.

No comments:

Post a Comment