Monday, June 15, 2015

Laba Besar Dengan Lahan Mini Berkat Hidroponik





Laba Roni Hartanto Gunawan Rp11-juta per bulan dari lahan 150 m2.
Pilihan Roni Hartanto Gunawan berkebun sayuran hidroponik bertingkat pada 2012 memang tepat. Musababnya di luas lahan sama, jumlah sayuran yang dihasilkan lebih tinggi 4 kali lipat dibandingkan hidroponik konvensional. “Dari lahan 150 m2 saya bisa panen 630 kg pakcoy setiap bulan,” ujar pria 27 tahun itu. Sementara jika menerapkan sistem hidroponik konvensional ia hanya menuai 150 kg pakcoy.

Dengan harga jual pakcoy Brassica chinensis rata-rata Rp40.000 per kg, omzet Roni mencapai Rp25,2-juta dari hasil budidaya sayuran hidroponik bertingkat. Setelah dikurangi biaya produksi Rp14,2-juta, laba bersih alumnus Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran itu Rp11-juta per bulan. Menurut Roni biaya investasi budidaya hidroponik bertingkat memang lebih tinggi dibandingkan hidroponik konvensional.





“Investasi untuk setiap m2 hidroponik bertingkat mencapai Rp600.000. Sementara hidroponik konvensional hanya Rp400.000 per m2,” kata pekebun di Cileunyi, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, itu. Artinya, biaya investasi budidaya hidroponik 1,5 kali lipat lebih tinggi dibandingkan konvensional.


Meski investasi lebih tinggi, omzet yang diperoleh pekebun hidroponik bertingkat pun lebih besar. Itu karena hasil produksi meningkat 4 kali lipat di luas lahan sama. Padahal, biaya produksi relatif sama Rp475 per tanaman. Dengan begitu pekebun cepat mendapatkan titik impas. “Modal bisa kembali hanya dalam 4 kali panen,” ujar Roni. (Rizky Fadhilah)

No comments:

Post a Comment