Monday, June 15, 2015
Budidaya Tanaman Organik Diatas Talang
Hortimart merebus media tanam agar steril. Budidaya sayuran organik di talang khusus.
Hortimart Agro Center berupaya keras menjaga mutu sayuran organik. Produsen sayuran di Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah, itu mengawali kerja keras dengan merebus media tanam berupa campuran pupuk kambing, tanah, dan sekam dengan perbandingan 40 : 40 : 20. Suyono dari Hortimart mengukus media tanam hingga mendidih untuk mematikan mikroorganisme patogen.
Ia kemudian mengeringanginkan media tanam dan memasukkannya ke talang dalam screenhouse atau rumah tanam. Panjang talang 1 meter yang berjajar di kiri dan kanan jalan setapak. Setiap talang berisi 5 tanaman dengan jarak tanam 20 cm. Talang itu lazim digunakan oleh pekebun hidroponik untuk membudidayakan sayuran tanpa tanah. Hortimart memanfaatkan talang untuk menjaga media tetap steril dan tak tercemar bahan kimia.
Talang khusus
Menurut ahli tanah dari Universitas Padjadjaran, Prof Dr Ir Tualar Simarmata MS, mengukus media tanam dalam budidaya sayuran termasuk cara sterilisasi untuk mematikan bakteri patogen. Namun, sebaiknya tambahkan pupuk hayati untuk menambah jumlah bakteri baik bagi tanaman. Di setiap rumah tanam terdapat 31 paket yang masing-masing berisi 6 talang.
Namun, 2 paket paling depan terdiri atas 5 talang karena menyesuaikan bentuk rumah tanam. Total jenderal terdapat 184 talang di dalam setiap rumah tanam. Hortimart membudidayakan beragam sayuran secara organik di dalam screenhouse atau rumah tanam. Tujuannya untuk mengurangi serangan hama.
Terdapat 12 rumah tanam berbentuk terowongan dan prisma saling berhadapan. Posisi rumah tanam berjenjang mengikuti kondisi lahan. Setiap rumah tanam berukuran 24 m x 3 m dengan tinggi antara 2—3 m itu. Rumah tanam berbentuk terowongan memiliki tinggi 2 m untuk menanam sayuran daun seperti caisim, sawi asin, dan pakcoy. Sementara sayuran buah seperti tomat, mentimun, dan terung menghuni rumah tanam berbentuk prisma yang tingginya 3 m.
Rumah tanam berangka besi agar kuat dan tahan lama hingga 8—10 tahun. Pada 2009 pengelola menghabiskan sekitar Rp180-juta untuk membuat 12 rumah tanam. Suyono memberikan pupuk organik saat tanaman berumur 8 hari, 15 hari, dan 21 hari. Ia melarutkan 25 cc pupuk organik dalam 5 l air untuk 36 talang. Hama yang menyerang berupa ulat, aphids, dan siput.
Jika ada serangan hama pun, penanggulangannya secara mekanis. Petugas mengambil hama dan membuangnya jauh dari kebun. Penyiraman masih manual setiap pagi. Petugas mengalirkan air melalui selang dan mengocorkannya ke setiap talang. Ketika Trubus mengunjungi kebun organik itu tampak deretan talang penuh pakcoy berwarna hijau segar dan mengilap. Di rumah tanam lain, caisim dan sawi asin juga tumbuh subur.
“Tumpangsari”
Penanaman komoditas tertentu berdasarkan pesanan konsumen. Pada November 2014, misalnya, Suyono menanam pakcoy (80 talang), caisim (68 talang), dan sawi asin (36 talang). Itulah sebabnya Hortimart “menumpangsarikan” beragam komoditas di sebuah rumah tanam. Jika rumah tanam berisi satu jenis sayuran, hasil panen terlalu banyak dan komoditas lain tidak bisa ditanam.
“Setiap rumah tanam berisi beragam sayuran, tidak satu komoditas tertentu,” kata Suyono yang mengelola tanaman sayuran dan tanaman semusim. Sayuran-sayuran di lahan Hortimart tampak prima. Bukan hanya berpenampilan prima, citarasa sayuran itu pun lezat. Saat dimasak dan dicicipi, rasa pakcoy itu enak di lidah—manis lembut, hampir tak berserat. Pantas jika para pelanggan pun loyal.
Meylani Inge Yusuf dan suami, umpamanya, rutin membeli sayuran organik di toko Hortimart untuk keperluan sepekan. Meylani lazim mengonsumsi sayuran organik sejak 2012. Alasannya, “Sayuran organik lebih sehat karena tidak menggunakan pestisida kimia,” kata perempuan kelahiran Semarang itu. Tempat yang Meylani kunjungi menyajikan sayuran organik berpenampilan mulus dan segar langsung dari kebun.
Padahal, lazimnya produk sayuran organik berlubang akibat gerekan serangga atau larva tertentu dan tampil seadanya. Itulah citra sayuran organik yang diketahui kebanyakan anggota masyarakat. Penampilan seperti itu justru tidak berlaku bagi sayuran produksi Hortimart Agro Center. Pakcoy yang dibeli Meylani dari kebun itu tampil prima, nyaris tanpa cacat. Pakcoy hasil budidaya konvensional pun tak luput dari serangan ulat daun Plutella xylostela.
Percontohan
Hortimart memang berupaya keras menjaga mutu sayuran dengan budidaya organik di talang dan media khusus. Harap mafhum, lokasi budidaya bukan di area terpencil seperti pada umumnya. Kebanyakan lokasi kebun organik jauh dari keramaian dan terpencil. Untuk mencapai lokasi, pekebun mesti melewati jalan terjal, berliku, dan berbatu. Hortimart mudah dijangkau. Kebun itu berada di sisi jalan raya penghubung Surakarta dan Semarang.
Menurut Suyono media tanam dimanfaatkan berulang kali selama proses budidaya. Suyono hanya menambahkan 20% pupuk kandang matang selesai panen. “Agar pasokan nutrisi tetap terpenuhi,” kata Suyono. Panen dilakukan saat tanaman berumur rata-rata 30 hari setelah tanam.
Suyono tidak memanen dengan akar. Ia memotong pangkal batang sayuran dengan pisau. Setelah itu ia menyortir sayuran dengan criteria mulus dan tidak berlubang. Kemudian ia mengemas sayuran dalam plastik transparan dengan bobot masing-masing 300 g agar menarik dan dijual Rp5.000. Suyono mengatakan walau budidaya memanfaatkan talang dan merebus media, biaya produksi relatif rendah, hanya Rp3.000 per kg.
Hortmart 3 kali panen dalam sepekan yaitu pada Rabu, Jumat, dan Ahad. Setiap pekan kebun organik di ketinggian 450 meter di atas permukaan laut (m dpl) itu menghasilkan 32 kg pakcoy, 27 kg caisim dan 14 kg sawi asin. Menurut penanggung jawab pemasaran Hortimart, Damayanti, hasil panen dijual ke pasar swalayan di area Semarang dan Salatiga, Jawa Tengah. Damayanti menuturkan permintaan sayuran organik itu sudah memenuhi permintaan konsumen saat kemarau.
Pemilik Hortimart, Budi Dharmawan, mengatakan kebun organik itu menjadi model bertani organik. “Kami menerapkan dan meneliti teknologi penanaman yang baik dan jika berhasil akan ditularkan ke petani lain,” tutur pemilik kebun buah Plantera di Ngebruk, Kendal, Jawa Tengah, itu. (Riefza Vebriansyah)
Labels:
TIPS TANAMAN
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Jelly Gamat Walatra G Sea
ReplyDelete