Semakin banyak saja orang membuka usaha
investasi. Contohnya di dalam negeri sudah cukup banyak. Sekadar
menyebut contoh, ada tawaran berinvestasi untuk komoditas sayuran,
ternak, jamur, tanaman hias, dan perikanan laut. Untuk kebun di luar
negeri, iklan undangan berinvestasi lengkeng di Cina, anggur dan burung
unta di Australia, membuat orang terperangah.
Iming-iming harga tinggi dan teknologi
canggih menjadi salah satu daya tarik utama. Logikanya, jika suatu usaha
demikian menguntungkan, mengapa tidak memakai modal sendiri? Prinsip
dasar dari bisnis umum dan aman ialah memakai duit sendiri dahulu.
Bermodalkan uang dari investor tentu akan menambah risiko.
Jam terbang
Bagi saya, mereka yang mau mengikuti tawaran investasi itu ialah orang yang ingin jalan pintas. Padahal di agribisnis tidak ada jalan pintas. Agribisnis sebuah proses yang panjang. Anda memang tidak perlu mendalami seluruh proses tersebut, tetapi minimal tahu apa yang terjadi dari setiap bagian proses.
Bagi saya, mereka yang mau mengikuti tawaran investasi itu ialah orang yang ingin jalan pintas. Padahal di agribisnis tidak ada jalan pintas. Agribisnis sebuah proses yang panjang. Anda memang tidak perlu mendalami seluruh proses tersebut, tetapi minimal tahu apa yang terjadi dari setiap bagian proses.
Mungkin saja nanti muncul perusahaan
yang menawarkan investasi berdasarkan kombinasi produksi, proses, dan
pasar. Misal, orang yang jago diproduksi bekerja sama dengan jago
pemasaran, kemudian mengundang para pemodal untuk ikut serta. Secara
teoritis ini tampaknya bisa jalan. Namun, kenyataannya tidak semudah
itu.
Mengapa? Sebab, jagoan produksi itu sama
sekali tidak mengerti proses. Jagoan proses tidak mengerti produksi
ataupun pasar. Mereka mulai dengan bahasa berbeda, sehingga hasilnya
mudah diduga, ambruk!
Sebetulnya mudah saja mendeteksi
bonafiditas sebuah perusahaan yang menawarkan investasi. Langkah paling
aman tentu saja menyelidiki 3 titik yang saya singgung pada edisi
terdahulu. Cek bagian produksi, proses, dan pasar, maka Anda akan tahu
kredibilitas perusahaan yang bersangkutan.
Seandainya itu terlalu susah, amati saja
jam terbangnya. Mustahil perusahaan yang baru bergerak beberapa tahun
di agribisnis bisa melonjak pesat. Pekebunpekebun kita yang terkenal,
seperti Saung Mirwan, PT Joro, Hasfarm, atau Ciputri, sudah terjun di
bidang masing-masing sejak lebih dari sepuluh tahun silam.
Mereka memang semakin besar, tetapi
perkembangannya toh membutuhkan waktu lama. Ini sebuah proses yang
memang biasa terjadi di agribisnis. Saya pun membutuhkan waktu puluhan
tahun untuk bisa seperti sekarang.
Agribisnis bukanlah sebuah proses yang
bisa dihitung secara linier. Mereka yang sukses berkebun 1 hektar belum
tentu berhasil jika luasannya 10 hektar. Banyak sekali perbedaan yang
muncul, meskipun komoditas yang ditanam sama. Kendala budidaya yang ada
di areal 1 hektar pasti berbeda penanganannya jika dibandingkan yang 10
hektar.
Manajemen
Ahli manajemen pasti akan berkata,
mengelola lahan 10 hektar membutuhkan manajemen yang lebih rumit
daripada 1 hektar. Bagi saya, manajemen itu omong kosong. Selama ini
saya hanya melakukan apa yang seharusnya saya lakukan. Langkah demi
langkah itu didorong oleh langkah sebelumnya. Jika pada waktu melangkah
agak serong ke kiri, langsung saja luruskan kembali.
Contoh kongkritnya gampang sekali.
Katakanlah Anda bertanam cabai. Pada waktu benih disemaikan, tentunya
harus memakai media yang benar. Selanjutnya benih ditempatkan di
persemaian tertutup plastik. Itu hal-hal yang memang sudah seharusnya
terjadi. Jadi, jangan dilanggar.
Inti dari semua itu ialah menempatkan
orang sesuai porsi masing-masing. Memang tidak mudah menempatkan orang.
Para pekebun sukses yang tadi saya sebutkan juga menghadapi kendala
serupa. Tiga titik lain mestinya tidak menjadi kendala terlalu besar.
Sebab, titik produksi sudah dipahami.
Prosesnya pun dikenal dengan baik. Pasar
sudah mereka miliki. Modal bisa jadi juga tidak menjadi hambatan.
Namun, begitu ingin mengembangkan diri lebih luas, muncul benturan di
sumber daya manusia. Karyawan yang sudah berpengalaman dan bisa
dipercaya tidaklah banyak. Kalau ingin mengembangkan usaha, dengan
membuka kebun baru misalnya, keterbatasan tenaga berpengalaman pasti
suatu masalah besar.
Jadi, janganlah menjadikan manajemen di
agribisnis sebagai sesuatu yang wajib dijalankan. Lakukan saja sesuai
keharusan sehingga tercipta proses kegiatan. Kalau yang saya sebutkan
tadi disebut manajemen, ya silakan. Namun, jangan mencoba memakai
manajemen untuk mempersingkat jam terbang.
* Bob Sadino, pengusaha agribisnis.
No comments:
Post a Comment